Selamat Jalan, Mak Nun…
Pada Selasa, 24 Juli sekitar pukul 20.45 malam, datang pesan pendek yang mengentakkan dada:”Mak Nun meninggal”. Memang sejak 5 bulan terakhir mak Nun dirawat intensif di Rumah Sakit Syf Al Qadri Jeruju, Kota Pontianak, karena menderita kanker payudara stadium 4.
Pada Selasa, 24 Juli sekitar pukul 20.45 malam, datang pesan pendek yang mengentakkan dada:”Mak Nun meninggal”. Memang sejak 5 bulan terakhir mak Nun dirawat intensif di Rumah Sakit Syf Al Qadri Jeruju, Kota Pontianak, karena menderita kanker payudara stadium 4.
Herlina, atau akrab disapa Mak Nun, panggilan
kesehariannya, dikenal dekat dengan mereka yang miskin dan hidup di tengah
mereka. Tak terhitung jumlah para petani, nelayan, dan kaum perempuan di
Kalimantan barat khususnya di desa Kuala karang, yang tercerahkan, membangun
organisasinya yang sejati dan bangkit berjuang karena Mak Nun. Perempuan
kelahiran Kuala karang, 1 juli 1966 tersebut ialah sosok yang hidup sederhana dan
militan dalam berjuang. Kesungguhan, optimisme, keberpihakannya pada rakyat
tertindas, dan kepedulian pada masa depan, hanya sebagian kecil dari
karakternya.
Desa kuala karang ialah desa yang terletak di
pesisir kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan barat,
berbatasan langsung dengan laut China selatan. Awal perjalanan mak Nun sebagai
aktifis pertama kali di desanya, saat itu terjadi perampasan tanah akibat pembuatan
tambak ikan skala besar oleh sebuah perusahaan, yang kemudian banyak merugikan
masyarakat karena kehilangan tanah sampai kehilangan tempat bekerja, selain itu
juga masyarakat banyak menderita penyakit disebabkan pencemaran air dan limbah
tambak. Sejak saat itu mak Nun mengambil prakarsa aktif mendidik, membangun
organisasi Massa nelayan dan berjuang sepenuh hari untuk hak-hak dasar nelayan.
KNPS (Komite Nelayan Pantai Selatan) adalah organisasi Massa nelayan pertama yang
Ia dirikan bersama para nelayan miskin di desanya. KNPS kemudian berafiliasi
dengan organisasi tani nasional AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria).
Tak berhenti disitu, mak Nun juga mengorganisasikan
perempuan nelayan dan juga perempuan dari berbagai sektor sebagai bagian
aliansi yang mendukung perjuangan nelayan Kuala karang melawan dominasi
perusahaan tambak besar. Dibawah naungan SPR (Serikat Perempuan Rakyat) Kalbar,
mak Nun aktif melakukan aksi dan kampanye problem-problem petani, nelayan dan
perempuan di berbagai sektor, yang kemudian pada tahun 2017 organisasi
perempuan tersebut berafiliasi dengan organisasi massa perempuan nasional
SERUNI (Serikat Perempuan Indonesia).
Mak Nun bukan orator yang pidatonya menggelegar. Dia
lebih banyak berbuat sebagai realisasi atas idealisme dan kata-katanya. Itu
sebabnya dia begitu dikagumi oleh para anggotanya. Semangat kerjanya luar
biasa. Di usia yang sudah tidak muda lagi, dia masih secara sungguh-sungguh
bekerja ditengah-tengah massa. Herlina adalah figur utuh yang eksistensinya di
berbagai peran bukan sekadar basa-basi. Dia aktivis, pendidik, pejuang sejati dan
pencinta lingkungan hidup.
Di balik berbagai peran itu, Mak Nun bukanlah
perempuan yang cengeng, meratapi penyakitnya. Selama beberapa waktu terakhir
setelah dokter memvonisnya mengidap kanker, mak Nun tetap bertahan melawan
penyakitnya. Tetap menjalankan kerja-kerja organisasi, bahkan terus berekspansi
ke desa-desa lain di sekitarnya.
Namun awal tahun 2018 lalu, kondisi mak Nun semakin
melemah. Mak Nun menjalani rawat jalan. Sempat dirawat di pertengahan februari
2018, kemudian dilakukan operasi pertama pada bulan maret untuk memastikan
apakah penyakit yang dideritanya tumor atau kanker. Ternyata setelah operasi
divonis kanker payudara stadium 3.
Operasi kedua untuk pengangkatan payudara sebelah
kanan dilakukan pada awal April 2018. Setelah itu direncanakan awal juli akan
dilakukan operasi ketiga. Namun karena kondisi yang belum stabil, tekanan
darahnya tinggi dan terdapat cairan di paru-paru, maka operasi ditunda dan
akhirnya Mak Nun menghembuskan nafas terakhirnya pada 24 juli lalu.
Begitu banyak cerita menarik dan penting mengenai
perjuangannya, mulai dari kebiasaannya bercanda dan membuat lelucon yang tak
jarang membuat banyak kawan terbahak-bahak saat mendengar celotehnya. Dia
menjadi contoh nyata bagaimana menjadi seorang pemimpin sekaligus kawan, ibu,
dan guru bagi banyak orang. Kebiasaannya menyayikan lagu-lagu progresif dengan
penuh semangat juga menjadi inspirasi tersendiri dalam menyemangati kami untuk
tetap teguh berjuang.
Mak Nun kini telah berpulang. Keluarga, sahabat,
kolega, dan ratusan anggotanya terpaku kelu mendengar salah satu sosok
perempuan pejuang terbaik bangsa mendadak dipanggil-Nya pulang. Hari itu udara
Jakarta terasa kering dan panas, namun seluruh bangsa ini basah oleh linangan
air mata. Selamat jalan, Mak Nun, semangat juangmu akan selalu terpatri dihati
kami, penerus perjuanganmu. Semangatmu akan terus mengalir ke seluruh penjuru
negeri tercinta ini.
Jakarta, 29 Juli 2018
Komite Eksekutif Nasional
SERUNI (Serikat Perempuan Indonesia)
Posting Komentar